Mobutu Sese Seko merupakan salah satu mantan presiden yang

paling dikenal dan kontroversial di Afrika. Menjabat sebagai presiden Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) dari 1965 hingga 1997, Mobutu menjelma menjadi simbol dari kediktatoran yang bertahan lebih dari tiga dekade. Meskipun pada awalnya ia dilihat sebagai penyelamat bangsa, kepemimpinannya yang otoriter dan korup akhirnya membawa bangsa tersebut menuju kehancuran. Artikel ini akan membahas mengenai perjalanan politik Mobutu, periode pemerintahannya, dan dampak yang ditinggalkan bagi Zaire.

Awal Karier dan Perjalanan Politik Mobutu Sese Seko

Mobutu Sese Seko lahir pada 14 Oktober 1930 di Lisala, sebuah kota yang terletak di Zaire yang kini dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo. Pada mulanya, Mobutu mendapatkan pendidikan dalam bidang militer dan bergabung dengan angkatan bersenjata kolonial Belgia. Namun, jalan hidupnya berubah ketika ia terlibat dalam gerakan kemerdekaan yang dipimpin oleh Patrice Lumumba, seorang tokoh yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan negara itu pada tahun 1960.

Pengaruh Militer dan Keterlibatannya dalam

Politik
Mobutu bergabung dengan angkatan bersenjata di usia muda dan dengan cepat meraih pangkat tinggi. Ketika Zaire memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1960, negara itu mengalami banyak masalah, termasuk konflik etnis dan politik. Pada 1965, Mobutu yang pada saat itu menjabat sebagai kepala negara militer melancarkan kudeta dan menggulingkan Presiden Joseph Kasavubu serta perdana menteri Patrice Lumumba, yang kemudian dibunuh. Mobutu mengambil alih kekuasaan dengan janji untuk menghadirkan perdamaian dan stabilitas bagi negara yang baru merdeka tersebut.

Pendirian Rezim Mobutu

Setelah mengambil alih kekuasaan, Mobutu memulai pemerintahan sangat otoriter dan mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya. Pada tahun 1967, ia mengubah nama negara dari Republik Kongo menjadi Zaire dan mengadopsi kebijakan yang dikenal sebagai “Authenticité,” yang bertujuan untuk menghapus pengaruh budaya Barat dan menggantinya dengan budaya Afrika. Sebagai bagian dari kebijakan ini, Mobutu mengubah namanya menjadi “Mobutu Sese Seko Kuku Ngbendu Wa Za Banga,” yang berarti “Mobutu yang kuat, yang memiliki kekuatan besar. “

Masa Kepemimpinan Mobutu Sese Seko

Masa kepemimpinan Mobutu di Zaire dicirikan oleh kediktatoran yang berlangsung lebih dari tiga dekade. Pada awal pemerintahannya, Mobutu dipandang sebagai pahlawan yang mampu menyatukan bangsa dan membawa stabilitas setelah bertahun-tahun ketegangan politik. Namun, seiring berjalannya waktu, rezimnya berubah menjadi pemerintahan yang sarat dengan korupsi, penindasan, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Kekuasaan Mutlak dan Otoritarianisme

Selama masa pemerintahannya, Mobutu memusatkan hampir seluruh kekuasaan pada dirinya. Ia mengendalikan semua cabang pemerintahan dan militer, serta memberlakukan kebijakan yang membatasi kebebasan politik dan pers. Oposisi dilarang, dan para pemimpin yang mengkritik pemerintahannya sering kali ditangkap atau dibunuh. Mobutu menciptakan negara yang sangat bergantung padanya dan keluarganya, menganggap Zaire sebagai milik pribadi.

Korupsi dan Kekayaan Pribadi Mobutu

Mobutu dikenal sebagai salah satu pemimpin paling korup dalam sejarah modern. Ia memanfaatkan kekuasaannya untuk mengumpulkan kekayaan pribadi yang sangat besar. Selama masa pemerintahannya, Mobutu dan keluarganya memiliki banyak aset di luar negeri, termasuk real estate dan rekening bank bernilai miliaran dolar. Sumber daya alam Zaire, seperti emas, berlian, dan timah, dieksploitasi dengan cara yang tidak transparan, dan sebagian besar hasilnya digunakan untuk memperkaya Mobutu dan kelompok elit yang mendukungnya.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pemerintahan Mobutu juga diingat karena pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Pembunuhan, penyiksaan, dan penghilangan paksa terhadap para lawan politik adalah praktik yang sering terjadi. Selama periode pemerintahannya, ratusan ribu orang kehilangan nyawa akibat kebijakan yang represif, dan ribuan lainnya ditangkap. Negara ini juga mengalami kemiskinan yang parah, meskipun Zaire kaya dengan sumber daya alam.

Kejatuhan Mobutu dan Warisannya

Pada 1990-an, kondisi di Zaire semakin memburuk. Korupsi, pemerintahan yang tidak efisien, dan krisis ekonomi semakin memperparah situasi sosial-politik negara tersebut. Pada tahun 1997, setelah berbulan-bulan mengalami pemberontakan yang dipimpin oleh Laurent-Désiré Kabila, Mobutu pada akhirnya digulingkan. Kabila berhasil merebut ibu kota Kinshasa dan mengakhiri pemerintahan Mobutu setelah lebih dari tiga dekade.

Pengunduran Diri dan Pelarian ke Exile

Setelah digulingkan, Mobutu melarikan diri ke Maroko dan akhirnya tinggal di Jerman. Ia hidup dalam pengasingan hingga meninggal dunia pada 7 September 1997 karena kanker prostat. Meskipun meninggal dalam pengasingan, Mobutu tetap diingat sebagai seorang pemimpin yang berkuasa sangat lama, tetapi gagal membawa negara ke arah kemajuan yang diinginkan.

Warisan Mobutu

Warisan Mobutu di Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) tetap menjadi subjek perdebatan. Walaupun ia pernah membawa stabilitas sementara, kenyataannya pemerintahan otoriternya telah merusak struktur politik dan ekonomi negara tersebut. Korupsi yang menyebar luas dan penindasan terhadap rakyat menghambat pembangunan dan menyebabkan kerusakan jangka panjang bagi negara.