Jenderal Polisi Sutarman merupakan salah satu figur penting
dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Selaku Kapolri yang ke-21, Sutarman terkenal karena kepemimpinannya yang stabil, tegas, dan berorientasi pada peningkatan profesionalisme di institusi Polri. Artikel ini akan mengulas perjalanan karier, kepemimpinan, dan warisan yang ditinggalkan oleh Jenderal Polisi Sutarman selama masa jabatannya.
Karier dan Pendidikan Jenderal Polisi Sutarman
Pendidikan dan Awal Karier di Polri
Sutarman dilahirkan pada 5 Oktober 1957 di Sumberjo, Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol), Sutarman mengawali kariernya di Polri dengan menjalani berbagai tugas operasional. Ia dikenal sebagai individu yang memiliki dedikasi tinggi dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan. Kariernya di Polri semakin meningkat, dan Sutarman menduduki beberapa posisi penting di tingkat nasional.
Sebagai seorang perwira muda, Sutarman dikenal memiliki
kepemimpinan yang kuat, serta kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan berat di lapangan. Dalam perjalanan kariernya, Sutarman juga banyak terlibat dalam berbagai operasi penting yang berkaitan dengan penegakan hukum, terutama dalam pemberantasan terorisme dan kejahatan lintas negara.
Pelantikan Sebagai Kapolri
Pada 21 November 2013, Sutarman diambil sumpah oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) yang ke-21. Sebagai Kapolri, Sutarman memikul tanggung jawab besar untuk memimpin Polri dalam menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kejahatan konvensional hingga ancaman terorisme yang semakin berkembang di Indonesia. Kepemimpinannya dikenal sebagai periode yang stabil dan penuh upaya untuk memperbaiki berbagai sektor di tubuh Polri.
Kepemimpinan Jenderal Polisi Sutarman di Polri
Fokus pada Reformasi dan Modernisasi Polri
Selama menjabat sebagai Kapolri, Sutarman sangat berusaha pada reformasi internal dan modernisasi Polri. Salah satu kebijakan utamanya adalah memperkuat profesionalisme anggota Polri, dengan menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya. Sutarman juga berupaya mengenalkan teknologi baru dalam operasional Polri, termasuk sistem berbasis digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam menjalankan tugas.
Di masa kepemimpinannya, Sutarman memperkenalkan beberapa
kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki citra Polri, salah satunya dengan mendorong perbaikan sistem rekrutmen dan promosi. Ia menekankan pentingnya seleksi yang lebih ketat dan adil agar hanya mereka yang memiliki kualitas terbaik yang bisa menduduki posisi-posisi strategis di dalam Polri.
Pemberantasan Terorisme dan Kejahatan Terorganisir
Sutarman juga dikenal karena komitmennya dalam pemberantasan terorisme dan kejahatan terorganisir. Sebagai mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), Sutarman memiliki pengalaman luas dalam menangani kasus-kasus besar, termasuk yang melibatkan terorisme dan kejahatan lintas negara. Salah satu kebijakan penting yang diterapkannya adalah penguatan Detasemen Khusus 88 (Densus 88), yang dikenal berhasil menangani jaringan terorisme di Indonesia.
Pada masa kepemimpinan Sutarman,
Polri berhasil menggagalkan sejumlah rencana serangan terorisme dan mempersempit ruang gerak kelompok teroris yang beroperasi di Indonesia. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas dalam strategi yang diterapkan oleh Sutarman dalam pemberantasan terorisme.
Penguatan Hubungan dengan Masyarakat
Sutarman juga terfokus pada upaya untuk meningkatkan hubungan Polri dengan masyarakat. Sebagai bagian dari program reformasi, ia mendorong agar Polri lebih dekat dengan masyarakat melalui berbagai program kemasyarakatan. Salah satu program penting yang dijalankan adalah polisi sahabat masyarakat, yang bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih baik antara anggota Polri dan masyarakat.
Selain itu, Sutarman juga mengimplementasikan kebijakan transparansi dalam proses hukum, termasuk pemanfaatan teknologi untuk mempermudah akses masyarakat terhadap informasi yang berhubungan dengan penegakan hukum. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian serta meminimalkan kemungkinan pelanggaran yang dilakukan oleh oknum Polri.
Warisan Kepemimpinan Jenderal Polisi Sutarman
Meninggalkan Warisan Reformasi Polri
Meskipun masa jabatannya terbilang singkat, Sutarman berhasil meninggalkan warisan reformasi yang signifikan bagi kemajuan Polri. Kepemimpinan Sutarman membawa perubahan dalam beberapa aspek penting, terutama terkait dengan profesionalisme, transparansi, dan hubungan dengan masyarakat. Beliau banyak mendorong kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Polri kepada publik, serta memperbaiki kinerja anggota Polri secara keseluruhan.
Sutarman juga dikenang sebagai sosok yang tegas dalam memberantas kejahatan besar, terutama yang melibatkan terorisme dan korupsi. Keberhasilan Polri dalam menangani beberapa kasus besar selama masa jabatannya menunjukkan bahwa pendekatannya dalam penegakan hukum sangat efektif.
Tantangan yang Dihadapi selama Kepemimpinan
Namun, kepemimpinan Sutarman tidak lepas dari tantangan. Isu-isu internal Polri, seperti permasalahan etika dan disiplin di lingkungan Polri, tetap menjadi tantangan besar. Meskipun demikian, Sutarman tetap berupaya memberikan perhatian lebih pada reformasi internal, guna menciptakan Polri yang lebih profesional dan lebih dipercaya oleh masyarakat.
Selain itu, tantangan keamanan nasional yang semakin kompleks juga menjadi tantangan bagi Sutarman. Ancaman dari kelompok teroris dan kejahatan lintas negara semakin meningkat, dan Sutarman harus menghadapi ancaman ini dengan strategi yang lebih canggih dan efektif.