Rhee Syng-man adalah tokoh penting dalam sejarah Korea
Selatan. Sebagai presiden pertama Korea Selatan, ia berperan krusial dalam membentuk negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II. Kepemimpinannya dipenuhi dengan tantangan, terutama dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara dan mendirikan dasar-dasar demokrasi di negaranya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perjalanan hidup Rhee Syng-man, kepemimpinannya, serta warisan yang ia tinggalkan untuk Korea Selatan.
Masa Awal dan Pendidikan
Rhee Syng-man lahir pada 26 Maret 1875 di Hwanghae, Korea (sekarang bagian dari Korea Utara). Ia berasal dari keluarga bangsawan, tetapi hidup di masa penjajahan Korea oleh Jepang, yang membangkitkan semangat nasionalismenya.
Pendidikan di Amerika Serikat
Rhee merupakan salah satu pemimpin Korea awal yang mendapatkan pendidikan tinggi di luar negeri. Ia belajar di Amerika Serikat dan meraih gelar dari universitas ternama, yaitu:
George Washington University (Sarjana)
Harvard University (Magister)
Princeton University (Doktor dalam Ilmu Politik)
Pendidikan tingginya ini memberinya wawasan mendalam tentang demokrasi dan pemerintahan, yang kemudian ia coba terapkan di Korea Selatan.
Perjuangan Menuju Kemerdekaan Korea
Selama Jepang menguasai Korea (1910–1945), Rhee aktif dalam gerakan kemerdekaan Korea. Ia menjadi anggota pemerintahan Korea dalam pengasingan dan berupaya memperoleh dukungan internasional untuk kemerdekaan Korea.
Pemimpin Pemerintahan dalam Pengasingan
Pada tahun 1919, Rhee diangkat sebagai Presiden Pemerintahan Sementara Korea yang berpusat di Shanghai, Tiongkok. Meskipun pemerintahan ini tidak diakui secara resmi oleh banyak negara, peran Rhee dalam diplomasi internasional sangat signifikan.
Dukungan dari Amerika Serikat
Rhee memanfaatkan pengaruhnya di Amerika untuk mendorong dukungan bagi kemerdekaan Korea. Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Korea pada akhirnya terbebas dari penjajahan, tetapi segera terbagi menjadi Korea Utara (komunis) dan Korea Selatan (demokratis).
Menjadi Presiden Pertama Korea Selatan
Pada tahun 1948, setelah pemilihan umum pertama di Korea Selatan, Rhee Syng-man terpilih sebagai presiden pertama negara tersebut.
Membangun Negara Baru
Sebagai pemimpin pertama, Rhee menghadapi tugas yang sangat berat, seperti:
Membangun pemerintahan demokratis
Menyusun konstitusi Korea Selatan
Menjaga stabilitas dalam negeri
Perang Korea (1950–1953)
Ketika Korea Utara menyerang Korea Selatan pada tahun 1950, Rhee meminta bantuan dari Amerika Serikat dan PBB. Berkat dukungan mereka, Korea Selatan berhasil mempertahankan kemerdekaannya.
Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata pada 1953, tetapi ketegangan antara Korea Utara dan Selatan tetap berlanjut hingga sekarang.
Akhir Kekuasaan dan Warisan
Kejatuhan Rhee Syng-man
Meskipun berkontribusi dalam mempertahankan Korea Selatan, pemerintahan Rhee semakin bersifat otoriter. Ia berusaha memperpanjang kekuasaannya dengan mengubah konstitusi dan menekan oposisi politik
Pada tahun 1960, terjadi demonstrasi besar-besaran yang dikenal sebagai Revolusi April, yang pada akhirnya memaksa Rhee untuk mengundurkan diri dan pergi ke pengasingan di Hawaii.
Warisan Rhee Syng-man
Meskipun pemerintahannya penuh kontroversi, Rhee tetap diingat sebagai pemimpin yang berjasa dalam:
Membantu mendirikan Korea Selatan sebagai negara merdeka
Mempertahankan negara dari invasi Korea Utara
Meningkatkan nilai-nilai demokrasi dan hubungan kuat dengan Amerika Serikat
Rhee Syng-man meninggal pada 19 Juli 1965 di Honolulu, Hawaii.